“Aku jarang memikirkan keterbatasnku, dan mereka tidak pernah membuatku bersedih”
- Helen Keller
Namanya Peng Shulin. Pada 1995 ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan kedua kaki dan sebagian tubuhnya terpotong. Kemungkinan untuk bertahan hidup sangatlah kecil. Untuk menyelamatkan nyawanya, sebuah tim yang melibatkan lebih dari dua puluh dokter dikerahkan. Kulit dari bagian kepalanya dicangkokkan ke bagian tubuhnya yang kehilangan kulit. Badannya hanya tertinggal sepanjang 78 cm dengan kedua kaki putus. Selama beberapa tahun, ia hanya terbaring di ranjang. Dokter-dokter di China hanya memiliki sedikit harapan untuk membuatnya kembali hidup normal.
Peng Shulin tidak putus asa dengan keberadaannya dan mulai melatih lengannya agar bisa melakukan sendiri kegiatan, seperti mencuci muka dan menyikat gigi. Ketika para dokter mengetahui perkembangan Peng Shulin, mereka mencari cara agar ia dapat berjalan kembali.Mereka membuat wadah seperti mangkuk yang bisa menampung tubuhnya dan sepasang kaki buatan ditempelkan di wadah tersebut. Peng Shulin begitu bersemangat dengan perlatan yang dirancang khusus untuknya. Sekarang ia mulai bisa berjalan dengan alat tersebut. Hal ini yang membuat para dokter berdecak kagum.
Peng Shulin mengajarkan kita untuk tidak terus-menerus berada dalam keputusasaan dan kekecewaan. Tidak penting berapa kali kita jatuh. Hal terpenting adalah berapa kali kita bangkit. “Jika Anda mengabaikan bahwa hidup itu susah, sesuatu akan terasa mudah bagi Anda,” Kata Louis Brandeis.
Karena suatu keadaan, sejak kecil hingga sekarang saya harus duduk di kursi roda. Saya tidak ingin membuang waktu dan tenaga hanya dengan menyesali diri karena keterbatasan fisik yang saya miliki. Keterbatasan fisik ini bukan menjadi alasan bagi saya untuk berkecil hati dan merasa tidak berarti, lalu menyalahkan Tuhan dan menyia-nyiakan hidup. Saya percaya ketika Tuhan mengurangi stau bagian dalam hidup saya, Dia akan menambahkan bagian yang lain, bahkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Helen Keller pernah berkata, “Ketika satu jendela kebahagiaan tertutup, jendela lainnya akan terbuka. Akan tetapi kita sering melihat terlalu lama jendela yang tertutup sehingga tidak melihat jendela lain yang terbuka.” Mereka lupa bahwa setiap manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing. Itulah yang membuat kita tidak iri dengan yang lain. Saya memiliki potensi dan kemampuan yang dapat menyejahterakan orang dan mendekatkan diri saya dengan kesuksesan. Ya, kehidupan ini terlalu indah dan manis jika harus diwarnai dengan penyesalan dan kekecewaan. Saya ingin bangkit dan menikmati hidup dengan penuh semangat dan suka cita. Pikirkanlah yang menentukan kebahagiaan atau kesedihan, bukan tempat atau keadaan. The choice is yours!
* taken from Inspirasi 5 menit by Imelda Saputra
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Bangkit Dari Keterpurukan”
Posting Komentar