Goal Seeker vs Goal Getter

"Goals are not only absolutely necessary to motivate us. They are 
essential to really keep us alive." 

-Robert H. Schuller 


 alangkah baiknya jika kita mulai  menentukan kembali goal yang akan kita raih pada 2009 atau mungkin 
akan diwujudkan dalam kehidupan kita. Berbicara soal goal dan tujuan 
hidup, di sinilah kita bisa bedakan dua tipe orang. 

Orang yang pertama kita kategorikan sebagai goal seeker, dan kedua 
kita sebut goal getter. Goal seeker, adalah tipe orang yang selalu 
terus-menerus mencari goal. Goal getter adalah tipe orang yang 
selalu berusaha mewujudkan goal yang telah dicanangkannya. Semuanya 
memang berawal dan dimulai dari sebuah proses yang namanya goal. 

Seorang yang belum memiliki goal yang jelas dan spesifik dalam 
hidupnya haruslah memulai langkah pertamanya dengan membuat suatu 
tujuan, yaitu menentukan apa yang sebenarnya mau diraih dalam hidup 
ini. Perilaku inilah yang sebenarnya kita sebut sebagai goal seeker. 

Goal seeker biasanya memulai menemukan goal-nya baik dengan cara 
merenungkan goal hidupnya, ataupun dengan memodel orang-orang yang 
telah berhasil dalam pencapaian goal tersebut sehingga terinspirasi 
juga untuk mencapai goal yang sama bahkan lebih. 

Siapa pun yang sukses, akan setuju bagaimana goal memiliki peranan 
yang penting dalam kehidupan mereka. Bahkan fisikawan Albert 
Einstein
 pun mengatakan, "If you want to live a happy life, tie it 
to a goal, not to people or things." 

Ya, untuk menghidupi kehidupan yang bahagia, tentunya harus 
mengikatkannya dengan sebuah goal yang jelas. Namun, kehidupan 
tidaklah boleh berhenti hanya pada tataran membuat goal saja. Itulah 
yang banyak dialami oleh orang yang hidupnya mandek. 

Setelah seorang goal seeker menemukan apa yang akan diraihnya, 
berikutnya dia harus bergerak menjadi goal getter. Dalam proses 
menuju goal getter, seorang goal seeker biasanya harus melewati 
banyak rintangan dan hambatan. Di sinilah godaannya. Sering terjadi, 
para goal seeker jadi frustrasi, menyerah bahkan akhirnya 
menyibukkan diri dengan terus-menerus mencari goal yang baru, dan 
mengganti goal lama yang sebenarnya belum pernah diusahakan sama 
sekali. 

Inilah titik kritis di mana kalau goal seeker tidak mengalami 
transformasi menjadi seorang goal getter, waktu hidupnya akan terus-
menerus dipakai untuk mencari goal yang baru. Akibatnya, setelah 
beberapa lama, entah beberapa bulan bahkan beberapa tahun, goal 
seeker tidak menghasilkan apa-apa sama sekali. Mereka kelihatan 
sibuk, tetapi pada dasarnya tidak menghasilkan apa pun (busy but not 
productive!) . 

Rasanya kita perlu mengingat kata-kata bijak dari co-writer buku The 
Power of Focus, yakni Les Brown yang mengatakan "You must take 
action now that will move you towards your goals. Develop a sense of 
urgency in your life." 

Ya, diperlukan tindakan dan sesegera mungkin menjadi goal getter. 
Ambillah tindakan yang makin mengarahkan Anda menuju goal. Bangun 
terus sense of urgency dalam mencapai goal tersebut dengan melakukan 
transisi menjadi seorang goal getter, bukan hanya berhenti pada 
bermimpi saja. 

Jadi manusia langka 

Ada begitu banyak goal setter di dunia ini, tetapi sedikit sekali 
yang bisa berubah menjadi goal getter. Jadilah bagian dari manusia-
manusia yang langka ini sehingga hidup Anda bukan hanya berisi ilusi 
semata, melainkan juga betul-betul menjadi sebuah realita yang bisa 
Anda nikmati, setelah Anda melewati berbagai rintangan di depan goal 
tersebut. 

Dalam hal ini kita perlu belajar dari William Clement Stone, salah 
satu orang terkaya di Amerika yang merajut hidupnya dari mimpi-mimpi 
yang direalisasikannya sejak kecil. Bahkan, dengan beraninya, untuk 
mewujudkan mimpinya, sejak kecil dia nekat menjual koran di 
restoran. 

Tahukah Anda, pada masa itu, menjual koran di restoran adalah hal 
yang tabu dan belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dengan 
sikapnya yang persisten, ramah serta persuasif, akhirnya diceritakan 
bagaimana William meluluhkan hati para pemilik restoran untuk 
pertama kalinya mengizinkan seorang anak gembel menjual koran di 
restoran mereka. 

Para pemilik restoran ini sama sekali tidak menyangka bahwa 
akhirnya, anak gembel yang gigih dengan semangatnya ini akan menjadi 
salah satu orang terkaya di Amerika yang memiliki bisnis asuransi 
terbesar pada masanya bahkan menjadi penulis berbagai buku tentang 
mental positif. 

Dalam bukunya yang terkenal The Success System That Never Fails, dia 
berkata, "To solve a problem or to reach a goal, you don't need to 
know all the answers in advance. But you must have a clear idea of 
the problem or the goal you want to reach." Dengan kata lain, 
William mengingatkan para goal getter mereka perlu memiliki 
kejelasan yang sangat jelas, spesifik dan detail tentang goal yang 
mau diraihnya. 

Semakin spesifik dan semakin detail goal yang mau diraih bagi 
seorang goal getter, semakin jelas dan memudahkan bagi seorang goal 
getter untuk meraih goal yang telah ditentukannya saat mengalami 
transformasi dari goal seeker menjadi seorang goal getter. 

Bahkan, Anda mungkin pernah mendengar ada pepatah yang 
mengatakan, "A goal properly set is halfway reached." Saat goal 
sudah ditentukan, perjalanan seorang goal seeker menjadi goal getter 
hanya tinggal setengah perjalanan lagi, tinggal membuat perencanaan-
perencanaan dan tindakan-tindakan yang akhirnya akan mengarahkannya 
menjadi seorang goal getter. 

Berikutnya, untuk memulai realisasi goal yang telah ditentukan, hal 
terpenting bagi seorang goal getter adalah menciptakan momentum. 
Momentum, berarti mengambil sebuah tindakan, entah tindakan itu 
besar ataupun kecil, tapi mulai melakukan aksi yang intinya 
membawanya semakin dekat pada tujuannya. 

Tindakan itulah yang diperlukan agar mereka mulai termotivasi untuk 
segera mewujudkan goal itu. Benarlah sebuah kalimat bijak yang 
dikatakan oleh motivator nomor satu dunia, Anthony Robbins. "The 
most important thing you can do to achieve your goals is to make 
sure that as soon as you set them, you immediately begin to create 
momentum. " 

Dalam rangka menciptakan momentum ini, biasanya hambatan yang paling 
sering dialami oleh seorang goal seeker adalah dalih (excuse) bahwa 
mereka membutuhkan dan mencari 'timing' atau waktu yang tepat. 

Marilah kita percaya, waktu yang tepat itu tidak pernah ada. Waktu 
yang paling tepat itu sebenarnya sekarang. Marilah kita simak tip 
yang diberikan oleh Napoleon Hill, penulis buku Think and Grow Rich 
yang mengatakan, "Don't wait. The time will never be just right." 

Sekali lagi, waktu yang terbaik tentu saja sekarang. Janganlah 
bermimpi bahwa akan ada waktu yang pas. Mulailah berani mengambil 
langkah-langkah awal yang yang akan menuntun kita semakin dekat 
dengan goal kita. 

Yang jelas, penyebab seorang goal seeker gagal menjadi seorang goal 
getter adalah kurang atau tidak adanya tindakan untuk merealisasikan 
goal. Saya mengenal seorang sahabat saya yang punya rencana 
membangun bisnis media sejak 5 tahun yang lalu. Sampai sekarang pun 
dia masih terus mencita-citakannya. 

Itulah contoh goal seeker yang terus-menerus berada di penantiannya. 
Jangan menjadi pribadi yang demikian. Marilah, mulai saat ini 
jadilah seorang goal getter bukan sekadar goal seeker yang selalu 
terus-menerus membuat goal. Jadikan 2009 menjadi tahun yang 
spektakuler bagi Anda, bukan hanya karena banyaknya jumlah impian 
Anda melainkan juga karena banyak impian Anda yang bisa terwujud!

Sumber: Goal Seeker vs Goal Getter oleh Anthony Dio Martin, Managing 
Director HR Excellency






Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.


Share |


Artikel Terkait:

Comments :

0 komentar to “Goal Seeker vs Goal Getter”


Posting Komentar