“Sebuah lidah panjangnya tiga inci, tetapi dapat membunuh orang yang panjangnya enam kaki.”
- Pepatah Jepang
Seseorang membaca riwayat hidup Pablo Picasso dengan terheran-heran. Ia tidak mengerti mengapa kisah hidup pelukis dan kekecewaan. Di sepanjang hidupnya, Picasso selalu dikecewakan dan dikhianiati oleh teman-teman bahkan oleh istri-istrinya. Ia berkali-kali menikah tetapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Orang tersebut lalu berusaha mencari tahu penyebabnya. Akhirnya ia menemukan bahwa dahulu sewaktu masih kecil, Picasso mempunyai seorang adik yang menderita sakit parah. Karena penyakit tersebut, sang Adik meninggal dunia. Dalam kesedihan dan keputusasaannya, Picasso berkata, “Sekarang aku mengerti, ternyata Tuhan memang jahat.” Sejak itulah penderitaan, kekecewaan, penolakan, dan kepahitan melanda hidupnya. Bahkan, sampai meninggal pun ia tidak bahagia. Sangat ironis. Di satu sisi ia sukses dan dikagumi seluruh dunia, tetapi tak banyak orang yang tahu bahwa sang pelukis terkenal tersebut sangat menderita akaibat ucapannya sendiri.
Hidup dan mati dikuasai oleh lidah. Siapa yang suka menggemakannya kan memakan buahnya. Berdasarkan ucapan kita, kita akan dibenarkan atau dihukum. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam segala ucapan kita. Berhati-hatilah dalam berpikir karena apa yang kita pikirkan, mungkin akan segera menjadi kenyataan. Begitu juga dengan apa yang kita katakan, entah pada diri sendiri ataupun orang lain. Ketika kita mengatakan bahwa kita adalah orang yang sukses dan paling berbahagia, pelan tapi pasti kita akan mengecap buah perkataan kita tersebut. Sebaliknya, jika kita bersungut-sungut, tidak pernah bersyukur, selalu berkata bahwa Tuhan tidak adil dan sebagainya, percayalah bahwa sesuatu yang burukj sedang mengintai hidup kita. Marilah kita belajar berkata-kata positif dan membangun, bukan hanya untuk diri sendiri, melankan juga bagi orang-orang di sekeliling Anda. Setelah itu, lihatlah apa yang akan terjadi.
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “MULUTMU, HARIMAUMU”
Posting Komentar