Starbucks : Menjual Pengalaman Menikmati Kopi


Sebagai  merek internasional yang berkibar dari kota Seatle, Amerika Serikat, Starbucks mencatat sukses penjualan dalam waktu hanya 18 tahun. Padahal, yang dijual hanyalah produk komiditi yang bernama kopi.
Mengapa Starbucks bisa sukses?  Apa rahasianya sehigga orang rela antre dan membayar lebih untuk secangkir kopi ?
Alasannya tak lain karena kedai kopi tersebut menetapkan standar yang sangat ketat, yakni dimulai dari keramah-tamahan dan kesigapan para pramusajinya (waiter/waitress), dengan cara itu setiap pelanggan dilayani dengan “keceriaan khas” serta memperoleh kopi “segar” yang sama di semua kafe Starbucks di manapun di belahan duia ini.
Starbucks sangat bangga akan apa yang di sebutnya sebagai “Pengalaman Starbucks”. Kedai kopi ini mengatakan kepada kita bahwa minum kopi bukan sekedar aktivitas normal yang perlu dilakukan, tetapi merupakan saat minum dengan pengalaman unik, disaat seseorang ingin memuaskan diri atau bersama kawan yang membutuhkan suasana yang berbeda.
Apa yang dilakukan perusahaan adalah meredefinisi ulang bisnisnya. Pasar mengindikasikan bahwa pelanggan begitu menyukai kopi dan mereka butuh pengalaman untuk menikmati kebersamaan dengan minum kopi. Hanya dengan itu, Starbucks berhasil melewati persoalan harga yang lebih mahal sebab bagi pelanggan hal itu bukan masalah asal mereka memperoleh pengalaman baru dalam menikmati sajian kopi, agar meraih penjualan yang bagus maka lokasi strategis merupakan salah satu dari prioritas tertinggi Starbucks.
Standar Kopi
Oleh karena itu,  Starbucks mengutamakan standard penyajian kopi dan pelayanannya. Standar ini diberlakukan untuk semua pelanggan dalam penyajian kopi diseluruh dunia.  Oleh karena itu slogan perusahaan ini telah disosialisasi kan kepada semua staf dalam kata-kata “One cup at a time, One customer at a time.
Agar nilai pengalaman pelanggan semakin mengesankan, Starbucks memiliki panduan bagaimana seharusnya menggiling kopi serta berbagai variasi cara penyajian untuk menikmatinya, misalnya dalam bentuk sajian khas Italia cappuccino atau latte.
Demi menghasilkan karyawan yang bekerja dengan penuh passion, Starbucks memperhatikan kesejahteraan internal karyawannya, antara lain melalui pemberian opsi saham, manajemen meyakini bahwa hanya tim kerja yang “sejahtera” dan “gembira” dengan pekerjaannyalah yang mampu menciptakan suatu “pengalaman” yang ujung-ujungnya memperkuat posisi merek.  Setiap karyawan diajak untuk menyadari bahwa setiap orang di dalam organisasi tersebut memiliki merek kedai kopitersebut.
Glocalization atau Global tetapi local dilakukan dengan menyesuaikan pelbagai sajian internasional yang ada dengan selera masyarakat setempat. Meski begitu, kedai kopi itu tetap konsisten menjaga warna perusahaan hijau dan hitam dengan konter dari kayu berwarna gelap serta pelbagai tampilan visual lainnya.
Uniknya, Starbucks juga meraih sukses di Negara-negara Asia seperti Thailand yang sesungguhnya tidak memiliki tradisi meminum kopi, akankah cara-cara pemasaran Starbucks ditiru oleh produsen kopi local ? diinspirasikan oleh kopi tribulus.





Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.


Share |


Artikel Terkait:

Comments :

0 komentar to “Starbucks : Menjual Pengalaman Menikmati Kopi”


Posting Komentar