Yuanita sudah seringkali ingin menurunkan berat badan. Dia pernah pantang makan nasi, waktu itu kebetulan ia selesai menyusui. Memang berat badannya turun, tapi rambutnya rontok,mungkin karena kekurangan gizi. Bertahun-tahun kemudian berat badannya mulai naik lagi. Dia mulai mengurangi makan dan tidak pernah makan malam. Bukankah kata orang makan malamlah yang membuat gemuk? Ia tidak pernah makan malam lagi. Tapi tetap saja berat badannya belum mencapai yang diharapkannya. Kemudian kata orang, kalau kita ingin mencapai sesuatu harus menetapkan tujuan yang jelas, maka ia menetapkan bahwa dalam tiga bulan ia harus menurunkan lima kilogram berat badannya.
Pada awalnya ia memang mengawasi makannya dengan ketat, banyak makan
buah dan minum air juga. Tapi setelah lewat sebulan dan hanya turun hampir satu kilogram, ia mulai merasa lelah. Ia meragukan apakah dapat turun lima kilogram.
Olahraga yang rencananya akan dilakukan setiap pagi mulai sering dilewatinya. Rasanya malas benar. Akhirnya ia berhenti berolahraga. Malah sekarang rasanya berat badannya sudah mulai bertambah lagi.
Ternyata sulit benar menurunkan berat badan, padahal menambah berat badan gampang sekali. Baru beberapa hari sering ngemil saja sudah menaikkan berat badan. Baru sebulan ini ia mendapat cara baru untuk berdiet. Bagi Yuanita, lima kilogram bukan merupakan benefit. Hanya sekadar angka. Tidak ada arti apa-apa.
Suatu sore ia menemukan baju atas bagus terbuat dari bahan kaos. Kebetulan warnanya adalah warna kesukaannya, merah. Tapi ukuran baju itu yang kata penjualnya all size, ternyata masih kekecilan baginya. Tapi ia ingin sekali memilikinya. Akhirnya ia nekat membelinya.
Di rumah dicobanya baju itu berkali-kali, tapi ia tidak suka dengan penampilannya. Kelebihan berat badannya terlihat jelas dengan baju itu. Ia terlihat lebih gemuk. Yuanita sangat tidak suka. Tapi ia tetap ingin memakai baju itu. Modelnya cantik sekali. Pokoknya pas
dengan seleranya. Akhirnya ia menetapkan target baru yaitu tiga bulan
lagi ia ingin memakai baju tersebut.
Kini ia rajin olah raga setiap pagi, ia sangat termotivasi untuk
mengurangi makan dan ngemil. Ia menetapkan target kecil-kecil seperti
lari pagi sepanjang gang depan rumahnya bolak balik. Setelah lima
hari ia akan menambah menjadi satu setengah kali bolak-balik. Begitu
seterusnya. Ia sangat semangat.
Sudah sebulan ia melaksanakan rencananya, dan ia tetap semangat. Bagi Yuanita, memakai baju kesukaannya itu merupakan 'benefit' (manfaat). Bukan sekadar angka yang tak ada artinya. Setiap kali ia merasa agak malas, ia ingat baju yang ingin dipakainya, sehingga ia merasa semangatnya timbul lagi.
Taty bekerja sebagai staf penjualan. Masalahnya ia merasa tak berbakat menjual. Ia takut menelepon calon pelanggan, kalau sudah menelepon, ia takut bertemu calon pelanggan. Alasannya ia takut ditolak, takut malu. Ia mendapat target penjualan dari perusahaan yang dirasakannya sangat berat. Ia akan mendapat komisi sebesar 7%. Tapi bagi Taty, angka 7% itu tak ada artinya. Setiap kali ia mengalami kesulitan untuk meyakinkan calon pembeli, semangatnya menurun.
Suatu hari Taty diajak oleh Yayat, rekan kerjanya, untuk ikut berkunjung ke kantor salah satu calon pelanggannya. Dalam perjalanan Taty berkesempatan untuk menanyakan rahasia keberhasilan Yayat. Yayat selalu dapat mencapai target bulanan, bahkan melampauinya. Ternyata Yayat menghitung dari jumlah uang yang akan dapat diterimanya akhir bulan.
Persentase
Melihat jumlah uang itu, Taty juga merasakan timbulnya keinginan untuk mencapainya. Ia tidak lagi menghitung dalam bentuk persentase, tapi dalam bentuk jumlah uang yang akan diterima per bulan, besarnya jumlah uang yang akan dapat ditabung per bulan, dan jumlah tabungannya setelah satu tahun. Besarnya penghasilan bulanan itu menjadi 'benefit' bagi Taty.
Ali sangat ingin bekerja. Akhirnya iapun diterima bekerja sebagai penjaga counter di sebuah food court di salah satu mal di Jakarta. Ia harus kerja dari jam 14.00 siang hingga jam 21.00. Tentu saja ia menerima uang harian disamping gaji bulanan.
Setelah beberapa hari bekerja, ia mulai bosan. Pada hari-hari sepi, ia kadang-kadang tak menjual apa-apa. Ia merasa waktunya terbuang sia-sia. Apalagi dari jam 14.00 hingga jam 16.00, ia menjaga counter bersama salah seorang rekannya. Ia berpikir bahwa tak ada gunanya bekerja berdua karena seringkali sepi pembeli.
Iapun mulai kreatif, setiap siang ia tiduran di salah satu kedai dekat mal sampai jam 16.00. Setelah temannya akan pulang baru Ali muncul. Semakin lama ia juga semakin malas menunggu hingga jam 21.00. Iapun mulai pulang lebih pagi, dengan anggapan bosnya tak akan tahu.
Bagi Ali, gaji atau uang harian tidak akan berubah kalau ia rajin. Jadi untuk apa terlalu rajin? Ali lupa bahwa ia harusnya mencari 'benefit' apa yang ia dapat dengan bekerja secara baik dan rajin. Ia belum menemukannya. Akhirnya iapun dipecat dari pekerjaannya, padahal ia sudah berkeluarga dengan satu anak. Find your benefit! In everything!
Sumber: Potensi Diri - Manfaat oleh Lisa Nuryanti, Motivator dan
Pemerhati Kepribadian
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Manfaat”
Posting Komentar