Martil dan Paku

Salah satu kegunaan martil adalah untuk memukul paku. Seandainya kita ini paku, yaitu sebagai obyek yang dipukul, pasti kita akan memberi reaksi terhadap martil yang kita rasakan begitu kejam. Akan timbul pertanyaan seperti, “Kenapa saya harus dipukul terus-menerus? Apa engkau tidak dapat merasakan sakit yang harus saya alami?”
Dilihat dari kedudukan si paku, reaksi tersebut sangat wajar.
Tetapi si paku lupa, bahwa yang memegang martil adalah seorang tukang yang tentunya tahu apa yang harus dia lakukan. Sang Tukang tidak sembarang memukulkan martil ke paku, dia sedang menyelesaikan tugasnya; mungkin sedang membuat kursi, mungkin sedang membuat pintu, mungkin sedang membuat meja. Pendek kata Sang Tukang melakukan itu untuk suatu tujuan tertentu.
Kekecewaan, perasaan sakit dalam hati, kesedihan dalam hidup kita, ibaratnya seperti martil. Ia memukul dalam bermacam-macam bentuk; penyakit yang fatal atau tidak lekas sembuh, kesukaran dalam hidup suami-isteri, kematian orang yang kita kasihi, tujuan hidup yang sukar tercapai, anak remaja yang bandel, rasa tertekan yang tidak menentu, dan seterusnya. Apakah saudara seperti si paku yang menolak pukulan si martil?
Apakah saudara merasa sudah sampai titik terakhir dan tidak dapat bertahan lebih lama lagi?
Seringkali Tuhan memilih orang-orang untuk melakukan pekerjaan-Nya tidak dengan cara memanjakannya, tetapi dengan mengijinkan mereka menghadapi rupa-rupa tantangan dan tantangan. Tujuannya, tidak lain supaya mereka tetap bergantung dan berserah diri kepada Tuhan, bukan pada kekuatannya sendiri. Karena itu dalam kesulitan hidup, bertahanlah seperti Daud, yang tetap menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.





Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.


Share |


Artikel Terkait:

Comments :

0 komentar to “Martil dan Paku”


Posting Komentar