Worldview.
Beberapa tahun silam, dikota Monza, Italy, ada larangan memelihar ikan mas didalam kaca bulat. Alasannya adalah karena ini dianggap sebuah kekejaman: sang ikan akan memandang dunia luar dengan padangan yang salah, karena semua akan nampak lebih besar dari realitas.
Dijaman dulu, pada tahun 150 (hampir 2000 tahun silam), semua orang percaya pemahaman The Ptolemaic Universe, bumi adalah pusat alam semesta, dan matahari rembulan mengelilingi bumi ini. Pemahaman ini dianut sampai tahun 1543, ketika Copernicus menerbitkan teori bahwa mataharilah yang diam dan bumi serta yang lain mengelilinginya.
Pada tahun 1633 Galileo dihukum oleh Gereja karena dianggap melawan ajaran kitab suci, dan mendukung ajaran Copernicus yang menyebutkan bumi itu mengitari matahari. (Buku Copernicus baru diterbitkan setelah dia meninggal dunia, untuk menghidari tuntutan Gereja). Galileo dihukum tahanan rumah seumur hidupnya, yang katanya saat menjelang matinya masih saja bergumam “Tapi bumi itu berputar”. Hanya setelah pada tahun 1992 lah Gereja mengakui telah salah mendakwa Galileo.
Mundur kebelakang lagi, kita akan dihadapkan pada mitos kaum Viking, yang menganggap gerhana itu adalah karena serigala sakti menelan matahari atau rembulan. Sehingga orang2 Viking akan menabuh genderang dan membuat suara suara bising lainnya, supaya serigala mau segera melepas sang matahari. Sebuah versi lain Hanoman.
Sebenarnya realitas itu apa? Apakah yang kita tahu ini semuanya “benar”? Mungkin jugakah kita hidup di dunia ‘Matrix”, bahwa semua ini sebenarnya fatamorgana? Mungkin jugakah kita sebenarnya ikan mas pada akuarium bulat yang membuat kita salah melihat dunia luar? Realitas dibentuk oleh keyakinan kita, yang bisa sangat salah.
Menurut riset, kalau kita memakai kacamata yang bisa membalik apa yang kita lihat, sehingga semua yang kita lihat terbalik, jadi langit dan atap rumah dibawah, maka setelah sesaat otak kita akan membaliknya dan kita akan merasa seperti melihat normal. Dan ketika kacamata itu dilepas kita malah melihat semuanya terbalik untuk beberapa saat.
Pemahaman wanita cantikpun berbeda, ada yang punya sudut pandang leher dipanjangkan itu cantik, ada yang mengatakan kaki diikat menjadi kecil itu cantik, atau telinga dipanjangkan barulah cantik.
Sudut pandang kita akan kehidupan dibentuk oleh pemikiran kita akan dunia luar, sebuah “worldview” yang terbentuk oleh keadaan, pembelajaran, dan lingkungan. Memahami ini, sebenarnya kita dapat “membentuk” sudut pandang yang lebih “menguntungkan” untuk diri kita sendiri.
Kalau kita beranggapan bahwa “Kerja itu ibadah”, maka kita akan lebih rela dan mau untuk melakukannya dengan sebaik baiknya. Kalau kita menganggap bahwa prilaku yang baik akan mendapat imbalan, “karma pala”, maka prilaku kita akan menjadi teladan yang baik.
Kalau kita menganggap sekolah itu tidak berguna, maka tidak mungkin kita mau kuliah terus. Sebaliknya, kalau kita yakin bahwa kita akan lebih sukses kalau selalu mau belajar dan memperbaiki diri, kita akan rela dan mau belajar terus, sehingga sukses akan lebih mungkin dicapai. Marilah memanfaatkan pemahaman ini untuk kemajuan dan kesuksesan kita sendiri.
*Tanadi Santoso, 23 Jan 2011
*) Materi diilhami dan diambil sebagian dari buku Stephen Hawking “The Grand Design.”
*) M3, Monday Morning Memo, adalah tulisan saya untuk teman2 di Facebook seminggu sekali. Salam sukses
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Sudut Pandang”
Posting Komentar