Belajar dari Kesalahan dan Kelalaian

"Kesalahan sesungguhnya adalah ketika kita tidak belajar dari sebuah 
kesalahan."

-- John Powell, British film score composer

Dalam bekerja, saya berani bertaruh, Anda pasti pernah melakukan 
kesalahan-kesalahan (errors) dan kelalaian-kelalaian (oversights) . 
Pertanyaannya, seberapa sering Anda melakukannya? Manusia adalah 
gudangnya alpa dan kesalahan. Kesalahan dan kelalaian yang kita buat, 
sekecil apapun, tidak hanya merugikan diri sendiri, menghabiskan 
waktu yang terbuang percuma, bahkan mengakibatkan perusahaan 
menanggung biaya yang besar. 

Kisah ini bisa jadi contoh. Pada 1997, beberapa bulan sebelum krisis 
moneter melanda negeri ini, sebuah proyek pembangunan gedung 
bertingkat dilaksanakan di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan. 

Saat itu proyek memasuki tahap pembangunan tiang pancang pondasi. 
Pengeboran akan dilakukan di sejumlah titik yang telah ditentukan 
ordinatnya. Setelah mendapat laporan dari bawahannya, seorang 
operator lapangan mulai menunjuk titik yang akan dilakukan 
pengeboran. Pekerjaan pun dilakukan.

Setelah seharian penuh mereka bekerja ternyata terjadi sesuatu. 
Seorang bawahan melaporkan telah terjadi kesalahan pada titik 
tersebut. Titik itu bukanlah lokasi yang harus dibor. Karena 
menyangkut pondasi dan struktur bangunan secara keseluruhan, tak ada 
jalan lain, pengeboran harus dihentikan. Padahal kedalamannya telah 
mencapai puluhan meter. Pengeboran tetap harus sesuai dengan ordinat 
yang telah ditentukan menurut rencana gambar yang telah disepakati. 

Esok harinya, Project Manager memanggil sang operator. Dia menanyakan 
soal kesalahan pengeboran tersebut. Kesalahan terjadi karena sang 
operator lapangan tidak mengecek terlebih dahulu laporan dari 
bawahannya dan mempercayainya mentah-mentah. 

Project Manager pun bertanya, "Berapa biaya yang telah dikeluarkan 
akibat kesalahan yang kamu lakukan?"

"Dua puluh juta pak." jawab operator dengan muka merah menahan malu 
sekaligus ketakutan. Itu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa 
peralatan dan tenaga untuk tiap jamnya. Tentu saja biaya pada saat 
sebelum krisis 1997 itu tidak bisa disamakan pada saat sekarang ini.

"Dua puluh juta perusahaan harus menanggung biaya secara sia-sia." 
kata sang Project Manager.

"Betul Pak. Maaf, Bapak mau memecat saya?" sang operator langsung ke 
pokok persoalan.

"Memecat kamu? Bercanda kamu... Itu artinya saya harus mencari tenaga 
baru, merekrut lagi, melatih kembali dan itu sama juga dengan biaya. 
Bahkan tak ada jaminan kesalahan tak akan terulang. Tidak, saya tidak 
akan memecat kamu. Tapi jangan kamu mengulangi lagi. Anggap saja kamu 
baru saja belajar dengan perusahaan menanggung biaya sebesar dua 
puluh juta. Tapi sekali lagi kamu melakukan kesalahan, tidak ada 
ampun lagi." Project Manager berkata tegas.

Kesalahan dan kelalaian yang terjadi dalam contoh kisah nyata di atas 
sebenarnya tidak perlu terjadi bila kita mau meluangkan waktu sedikit 
saja untuk mengecek ulang pekerjaan kita. Kecepatan memang penting, 
tetapi ketepatan lebih penting lagi.

Membaca ulang hasil laporan, mengecek ulang laporan bawahan bahkan 
turun sendiri ke lapangan melihat langsung pekerjaan yang akan 
dikerjakan, meneliti kembali angka-angka hasil perhitungan, atau 
bahkan membaca kembali memo dan surat merupakan bagian dari 
kecermatan dan ketelitian dalam bekerja.

Dan patut diingat, jangan sekali-kali mengandalkan orang lain untuk 
menemukan kesalahan dan kemudian memperbaikinya. Kesalahan dan 
kelalaian yang sering dijumpai, bila bawahan mengasumsikan pekerjaan 
akan diperiksa oleh atasannya dan sang atasan mengasumsikan bahwa 
pekerjaan telah diselesaikan oleh bawahan, bahkan hanya dengan 
mengandalkan memo dan paraf saja. Yang terjadi, keduanya tidak 
melakukan pengecekan dan akhirnya kesalahan lolos terjadi. 

Kesalahan dan kelalaian bukan hanya dapat merugikan perusahaan, 
tetapi juga mitra kerja perusahaan, baik customer, pemasok barang dan 
jasa, pemegang saham ataupun pemilik. Reputasi perusahaan bahkan 
dipertaruhkan di sini. 

Kesalahan dan kelalaian dapat terjadi dalam jenis pekerjaan apa pun, 
tanpa melihat status dan jabatan si pekerja. Pekerjaan apa pun yang 
kita lakukan, sejak dari awal memerlukan tingkat kecermatan dan 
ketelitian dan selalu bersikap korektif. Diperlukan waktu ekstra 
untuk kecermatan dan ketelitian dalam bekerja, memang begitulah 
seharusnya bila mutu terbaik yang kita inginkan. 

Mulai sekarang, jangan ragu-ragu meluangkan waktu ekstra Anda untuk 
mengecek kembali pekerjaan yang akan dan telah Anda lakukan.

Sumber: Belajar dari Kesalahan dan Kelalaian oleh Sonny Wibisono, 
penulis, tinggal di Jakarta






Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.


Share |


Artikel Terkait:

Comments :

0 komentar to “Belajar dari Kesalahan dan Kelalaian”


Posting Komentar