Pada tahun 1997 an saya bekerja pada Perusahan Jepang di wilayah
Cilegon. Suatu malam kira-kira jam 9 an sehabis makan malam, saya
bersama seorang rekan kerja pulang naik angkot ke arah Merak untuk
kembali ke Mes Perusahaan tempat kami tinggal. Di depan persimpangan
Polres Cilegon, angkot yang kami tumpangi di stop oleh seorang Bapak
yang sedang menggendong anak umur 2 tahunan sambil menuntun 2 orang
anak lainnya kira-kira usia 5 dan 7 tahun semuanya anak perempuan.
Penampilan semuanya sangat lusush, anak terkecil tidak pakai sandal
sedang yang lainnya pakai sandal jepit yang sudah kotor.
Ketika angkot berhenti Bapak tsb tidak langsung naik tetapi melongok
ke sopir sambil memperlihatkan berapa jumlah uang yang dia miliki,
saya yang duduk dibelakang sopir melihat kejadian itu walaupun tidak
tahu pasti berapa banyak uang recehan 100 rupiaan yang dia tunjukkan
ke sopir, perkiraan saya sekitar Rp 600, padahal normalnya satu
orang harus bayar minimal Rp 1000. Bapak tsb minta izin ke sopir
untuk naik angkot walaupun dengan ongkos seadanya. Melihat uang
kurang, sopir tidak memperkenankan Bapak itu naik dan hendak maju
lagi, saya terperanjat dan berteriak Stop-stop... langsung bilang
sama sopir, tolong Bapak dan anaknya dibawa, biar saya yang bayar
ongkosnya.
Sambil masuk mobil, Bapak tadi mengucapkan terimakasih, lalu duduk
di dekat pintu sambil menggendong 2 anak karena yang satunya saya
gendong, selanjutnya dia hanya tertunduk mungkin malu sama penumpang
lain yang kebetulan memang angkot sudah terisi penuh. Menyaksikan
semua itu saya bergetar, dan naluri saya berkata orang ini pasti
sedang membutuhkan pertolongan. Dalam perjalanan saya coba tanya
dengan nada simpati, malam-malam begini Bapak mau pergi kemana? Dia
jawab: saya mau pergi ke Pasar merak. Kok malam-malam, emang Bapak
mau belanja apa? Jawabnya : Bukan, saya mau cari truk sayur,
rencananya saya ingin menumpang truk untuk pulang kampung ke
Sukabumi.
Mendengar jawaban itu saya tersedak, hati bergetar, air mata saya
bercucuran, bukan hanya karena saya keturunan dari Sukabumi tapi
bagaimana membayangkan kalau itu anak balita saya yang harus naik
truk dari Merak ke Sukabumi, malam-malam lagi. Selanjutnya saya
bertaruh pasti keluarga ini belum makan... dan ternyata betul.... Ya
Alloh, tak mungkin saya membiarkan keluarga ini dengan perut kosong
naik truk pulang ke Sukabumi sementara saya tidur dengan perut
kekenyangan.
Singkat cerita saya ajak keluarga Bapak itu ke tempat saya, lalu
saya hidangkan makanan yang saya miliki agar dia bisa makan, saya
berikan obat-obatan ringan dan bekal biskuit serta mie instan.
Selanjutnya saya antar dia naik angkot ke Merak dan tak lupa
dititipi uang untuk beli tiket bis lebih dari cukup.
Anehnya, sekembali saya ngantar keluarga Bapak itu, rekan kerja saya
yang sejak awal menemani saya berkata, kamu sebaiknya hati-hati
nemuin orang seperti itu, jangan terlalu baik, siapa tahu dia itu
seorang penipu, pura-pura gak punya uang dan memanfaatkan anak kecil
untuk menarik iba orang lain. Saya jawab dengan mantap, kalau pun
dia itu menipu saya, saya ikhlas... uang atau barang yang saya
kasihkan tidak seberapa, lebih baik ditipu daripada harus membiarkan
orang kelaparan di depan saya tanpa berbuat apapun... kita
kembalikan saja kepada Alloh Swt. Saya tidak menyalahkan sikap kawan
saya yang acuh tak acuh terhadap penderitaan orang, tapi kebanayakan
para penipu masuk lewat cara seperti itu.
Terakhir, saya ingin mengucapkan terimakasih buat doa Bapak
sekeluarga yang mungkin selama perjalanan pulang ke Sukabumi
mendoakan kebaikan untuk saya. Sekarang saya dan anak istri tinggal
di Jepang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah sampai
Doktor. Smoga Bapak sekeluarga samapai Sukabumi dengan selamat...
Pesan saya buat semua orang... selalu berbuat baik... karena Alloh
Maha Kaya, Dia akan memberikan kebaikan dari arah yang tidak kita
duga.
Subhanalloh wabihamdihi.
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Do'aku Smoga Kalian Selamat...”
Posting Komentar