mempertanyakan mengapa spirit di dua perusahaannya sangat berbeda.
Perusahaan pertama usianya 51 tahun, sementara yang kedua tidak
lebih dari 10 tahun. Perusahaan yang lebih "dewasa" dan sudah
berkembang baik, sulit dikatakan punya spirit yang segar.
Karyawannya pulang "teng-go" (tepat jam 5 sore) bersikap hati-hati
dan cenderung "cari aman". Sementara, begitu memasuki perusahaan
yang lebih "muda", terasa dinamika dan semangat, seolah suasana yang
kita alami ketika bergadang di ruang senat mahasiswa, mengerjakan
proyek organisasi. Yang jelas, memasuki dua lingkungan kerja yang
berbeda ini, "mood" kita langsung beda, padahal lokasinya di gedung
yang sama, hanya berbeda lantai.
Kita lihat bahwa spirit ada di udara, mudah terasa dan tercium. Bagi
sebagian orang, spirit tidak sulit diciptakan. Terkadang hanya
perlu "dipancing" dengan gorengan di sore hari atau kebersamaan saat
lembur sampai pagi. Namun, di beberapa organisasi tertentu, terasa
bahwa spirit ini sulit dikembalikan, walaupun sudah "diangkat"
dan "ditarik-tarik".
Organisasi yang penuh birokrasi, misalnya, sering membuahkan
karyawan yang terlalu berhati-hati, "cari selamat", terlalu
berhitung, takut berubah, hanya menunggu ide untuk berubah dari
orang lain, dan enggan mengeluarkan ide baru. Tidak ada dinamika,
kewaspadaan dan kenikmatan untuk berinisiatif lagi. Bila kita
terjebak berada dalam organisasi seperti ini, namun secara pribadi
memiliki spirit yang kuat, kita tentunya bertanya-tanya, apakah saya
nanti tidak aneh sendiri? Bukankah spirit itu bersumber dari suasana
kerja tim? Akankah kita bisa mempertahankan spirit yang segar dari
waktu ke waktu? Bagaimana menyuntikkan spirit ke dalam diri sendiri,
bahkan sampai memengaruhi organisasi?
Ingat Umur!
Bila kita sudah kehilangan spirit bekerja, ingatlah umur. Bayangkan
profesional seperti Martha Tilaar, yang berusia 70 tahun, tetapi,
semangatnya serasa 30 tahun. Beliau mengisi kehjdupan kariernya
dengan `passion" dan urgensi. Berapa usia kita sekarang? Masih
berapa tahunkah kita harus berproduksi? Bila sekarang saja semangat
kita sudah kempis, bagaimana kita akan giat berkarya pada tahun-
tahun mendatang?
Hati-hati dengan "Menerimà Apa Adanya"
Bayangkan sebuah rapat yang "garing", tidak bersemangat, di mana
kebanyakan orang tidak mempunyai persiapan materi yang menantang,
hanya menjawab bila ditanya atasan, tidak mempunyai ide dan pasrah
menjalankan kehidupan perusahaan apa adanya Saat seseorang
mengemukakan ide berbeda, semua pandangan menghujam padanya. Dan, si
kreatif ini bisa-bisa kemudian meragukan idenya. Kita lihat bahwa
sikap "menerima apa adanya bisa mematikan spirit sehingga perlu juga
diwaspadai dan diperangi.
Pandanglah ke Depan
Bukan saja entrepreneur seperti Henry Ford (Ford Motor Comp), Bill
Gates (Microsoft Corp.), Larry Page dan Sergey Brin (Google) yang
mempunyai kemampuan untuk memandang ke depan, kita pun bisa! Kita
selalu bisa melakukan "benchmark" ke perusahaan yang mempunyai aspek
yang bisa ditiru. Kita pun selalu bisa mempunyai obsesi untuk
meningkatkan produktivitas kita sebagai individu, kelompok atau
bahkan perusahaan. Bacaan-bacaan mengenai "best practice? profesi
dan perusahaan serupa tidak terbatas jumlahnya. Dari sini kita bisa
menumbuhkan mood untuk maju, mentransfer dan merealisasikan ide dan
berobsesi untuk lebih sukses.
Bertanyalah, "Bagaimana Caranya?"
Bisnis dan situasi negara kita sëkarang membutuhkan produk baru,
cara dan metode produksi, pasar baru, kecepatan, transfer kekuatan,
dan informasi. Bagaimana mungkin kita tinggal diam dan menunggu?
Kita bisa mengaktifkan otak dan selalu mencari cara baru. Seberapa
pun kecil peranan kita di perusahaan, bantulah untuk
memikirkan "improvement", karena hal ini pasti akan berguna bagi
perusahaan, tim dan diri Anda sendiri. Selain itu kekuatan spirit
Anda akan terasa oleh atasan. Dengan demikian kita secara tidak
langsung membuat harapan baru bagi diri sendiri setiap saat dan
terbiasa menanggulangi ancaman.
Kembangkan mindset "Memulai"
Menjadi orang yang pertama maju ke depan memimpin diskusi, memberi
tanggapan atas email kolega, mengirimkan notulen rapat ke pelanggan
yang baru dikunjungi, sama sekali tidak sulit! Dampaknya terhadap
diri sendiri-lah yang lebih besar. Kita akan mendapatkan apresiasi
orang lain, dipandang sebagai orang yang gesit. Bayangkan kalau kita
selalu menjadi orang yang pertama menyapa "halo" di setiap kontak
dengan orang lain. Kita pasti akan menebar semangat. Dan, untuk diri
sendiri, kita akan menumbuhkan semangat ekstra sebagai pemulai dan
penyerang tidak sekedar responsif.
Cintai Teknologi
Pemrosesan data, jaringan internet, telekomunikasi tidak pernah bisa
kita hindari. Teknologi juga berkembang demikian pesat sehingga
sulit diikuti. Rasanya baru beberapa tahun saja kita menikmati
teknologi GPRS, CDMA. Sekarang, kalau tidak ber-3G-ria, rasanya
kuno. Baru saja, kita menikmati "i-pod", sekarang kita perlu bersiap
siap memahami "i-phone'. Bila kita sedikit berusaha untuk menyukai
dan memperdalam teknologi, kita secara tidak langsung terpaksa
mengadaptasi derap inovasi dan perubahan dari perkembangan teknologi.
Menjaga agar tetap ber-spirit ibarat menjalankan dinamika kehidupan
seorang artis; seorang artis tidak pernah berhenti memerhatikan,
berpikir, mengembangkan ide, bereksperimen, mencari ide baru,
antusias, bekerja tak kenal waktu dan berupaya menciptakan sesuatu
yang unik dan baru. Jadilah orang yang senantiasa hidup dengan
spirit. Hidup akan terasa lebih artistik. ***
Sumber: Spirit oleh Eileen Rachman, EXPERD
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Spirit”
Posting Komentar