Pagi ini Murti sedang asyik bermain game di komputernya, di kantor.
Dari tadi gagal melulu, sekarang sudah hampir menang. Tanpa disangka,
ada orang yang berdiri di belakangnya dan memandangi game tersebut.
Murti tetap konsentrasi penuh. Paling-paling Yudi yang berdiri di
belakangnya, pikirnya. Beberapa menit kemudian, akhirnya Murti
menang. Aduh senangnya. Sampai-sampai dia berteriak:"Yes!!!", sambil
mengepalkan tangan kanannya.
Orang yang berdiri di belakangnya tertawa lalu berkata: "Kalau
semangat kerjamu seperti ini, wah perusahaan akan sangat maju". Murti
tertegun. "Celaka," pikirnya. Itu bukan suara Yudi, tapi suara Pak
Yanto, sang direktur utama. "Mati aku". Murti segera mengambil napas
dan menengok ke arah Pak Yanto sambil tertawa malu. Betul-betul malu.
Pak Yanto tersenyum dan berkata:"Betul. Kalau semangat kerjamu sama
seperti semangatmu bermain game. Wah! Hebat sekali. Keinginanmu untuk
menang sangat tinggi. Tidak mudah menyerah. Berkali-kali gagal, kau
coba lagi dan coba lagi. Cobalah mempraktekkannya dalam pekerjaan.
Dalam segala hal. Okay?" Sambil berjalan pergi, beliau masih sempat
berkata:"Tapi jangan main game melulu." Aduh! Tambah malu lagi. Murti
hanya bisa tersenyum nyengir.
Cepat-cepat dia mematikan game komputernya dan kembali menghadapi
pekerjaannya yang tadi sedang dikerjakan sebelum main game. Tadi dia
sedang membuat laporan mingguan. Sebagai supervisor bagian penjualan,
dia harus membuat laporan perkembangan kinerja tim yang dipimpinnya.
Dipandanginya layar komputer yang berisi laporan yang sedang
dibuatnya. Aduh, malasnya. Setiap minggu itu-itu saja. Kalimatnya
juga mirip begitu-begitu lagi. Paling-paling hanya angka penjualan
saja yang berubah. Lagipula laporan dari dua anak buahnya belum
masuk. Dari kemarin sudah diminta tapi belum juga diserahkan. Murti
kesal. Tidak setiap minggu ada hal baru yang perlu dilaporkan.
Tak bersemangat
Sambil termenung-menung di depan komputer, Murti mengakui bahwa
perkataan Pak Yanto tadi memang benar. Tadi Murti bisa bermain dengan
sepenuh hatinya. Semangatnya menggebu. Dia ingin menang. Pokoknya
harus menang. Tapi begitu menghadapi pekerjaan membuat laporan, wah
seluruh semangatnya hilang. Jadi malas. Murti jadi heran sendiri.
Mengapa dia bisa bersikap seperti itu? Kalau sikapnya sebagai
penyelia seperti itu, bagaimana dia bisa memberi teladan kepada anak
buahnya?
Murti mencari apa penyebab semangatnya menurun. Mungkin karena
pekerjaan tersebut tidak menyenangkan. Game lebih menyenangkan. Tapi
membuat laporan terasa membosankan dan seperti formalitas saja.
Padahal, dia tahu bahwa laporan itu penting bagi atasan. Bukan
sekadar formalitas. Murti sadar dia tidak mungkin bersikap seperti
ini terus menerus. Dia ingin mengubah keadaan. Membuat laporan yang
selama ini menjadi beban, harus diubah. Kalau tidak, bisa repot
sendiri.
Murti merasa lega karena Pak Yanto tidak memarahinya. Memang dia
ditegur, tapi tidak dengan marah. Beliau memang bijaksana. Satu hal
yang dipelajarinya dari Pak Yanto adalah, beliau selalu mengerjakan
segala sesuatu dengan senang dan penuh semangat. Jadi, siapapun yang
berada dekat beliau, selalu merasa bersemangat. Beliau bisa
menularkan semangat kerjanya. Murti ingin seperti beliau. Murti ingin
lebih bersemangat. Kalau semangat kerjanya sama dengan semangatnya
bermain game, wah, asyik juga. Dia sudah bisa seperti Pak Yanto dong.
Murti segera mengambil keputusan. Dia langsung menghapus semua game
yang ada di komputernya. Tidak ada game lagi. Sama sekali. Kemudian
dia mencoba mencari hal yang dapat membuatnya menyukai pekerjaan lain
seperti membuat laporan, mencatat penjualan, mencatat setiap
perkembangan pelanggan, dan sebagainya.
Murti baru sadar, catatan data pelanggan sudah dua bulan tidak
diperbarui. Jadinya pekerjaannya menumpuk. Akibatnya, dia semakin
malas. Akhirnya jadilah lingkaran setan yang membuatnya selalu
menunda pekerjaan yang tidak menyenangkan itu.
Hari ini Murti berniat meluangkan waktu untuk memperbarui semua data
pelanggan. Memang cukup banyak sih. Habis, sudah dua bulan. Tapi
kalau tidak dilakukan sekarang, kapan lagi. Semakin ditunda, semakin
menumpuk. Semakin menumpuk, semakin membuatnya malas. Semakin malas,
semakin ingin menunda. Lingkaran setan ini harus dipatahkan.
Sampai sore, ternyata belum selesai juga. Tapi Murti menemukan
kesenangan baru. Dia jadi asyik bekerja. Dengan tidak adanya game di
komputernya, dia tidak tergoda untuk main game lagi. Seluruh waktu
kerjanya bisa dimanfaatkan secara lebih efisien. Ternyata enak juga.
Malah lebih enak rasanya. Besok tinggal membereskan sisa datanya lalu
mulai memperbaiki hal-hal lainnya yang selama ini diabaikan. Do your
job! Never run away! Never delay!
Sumber: Potensi Diri - Semangat Kerja oleh Lisa Nuryanti, Director
Expands Consulting & Training Specialist
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Semangat Kerja”
Posting Komentar