Inspirasi hidup saya diperoleh dari berbagai sumber: aktifitas-
aktifitas intelektual/emosional/psikologis/filosofis, sesama
manusia, alam semesta, hewan, spiritualitas, musik dan geografi.
Lima yang pertama mungkin kedengarannya biasa, namun yang dua
terakhir –musik dan geografi—adalah dua hal yang mungkin selama ini
dianggap sebagai "penghibur" belaka.
Dalam pandangan umum, musik adalah teman di kala hati berduka maupun
ketika sedang gembira meluap-luap. Sedangkan geografi merupakan
tempat yang biasa kita kunjungi, biasanya untuk suatu kepentingan.
Bagi saya dua hal ini tidaklah terbatas dalam hal-hal tersebut
karena sesungguhnya "musik" dan "lokasi" merupakan metafor
dari "derap hidup" dan "di mana Anda memposisikan diri."
Dari musik, saya belajar untuk melihat hidup sebagai suatu
kesinambungan, selalu ada "loopholes" namun selalu ada cara untuk
membuatnya sinambung dan solid dalam suatu irama. Bagi saya, beat
musik merupakan derap jantung yang bisa dipercepat maupun
diperlambat dengan niat, kemampuan dan pikiran. Sebagai makhluk
hidup yang selalu berubah, saya sendiri mempunyai musik di dalam
diri saya.
Ellen DeGeneres, salah satu talk show host terkemuka di Amerika
Serikat adalah salah satu orang sukses yang mengakui bahwa
ia "menari atas beat-nya sendiri." I dance with my own rhythm. Ia
tidak mengikuti "irama" musik dari luar, namun menggunakan irama di
dalam dirinya dalam menjalankan hidup dan mempengaruhi dunia luar.
Geografi alias lokasi di mana seseorang berada mempunyai pengaruh
juga terhadap kesuksesan seseorang. Yang dimaksud dengan "lokasi"
tidaklah terbatas di negara atau kota apa, namun di mana Anda
memposisikan diri. Banyak orang yang memposisikan diri sebagai "bos"
alias di puncak paling atas suatu institusi maupun di dalam
masyarakat. Ada pula yang "rendah diri" dengan merendahkan diri
sebagai "orang dari kalangan bawah." Kedua pelaku ini tidak
menyadari akan apa yang sebenarnya terjadi.
Awareness alias kesadaran akan hidup, maknanya dan bagaimana
sesungguhnya ia bergulir dari satu waktu ke waktu, seringkali tidak
sama sekali tidak diperhatikan. Padahal, dengan menyadari "irama
hidup," improvisasi bisa dijalankan sebagaimana diperlukan. Juga,
dengan menyadari "lokasi" diri, maka bagaimana kita mesti berbuat di
hadapan orang lainpun menjadi lebih mudah.
Seringkali, saya berhadapan dengan orang-orang yang tidak
mengenal "di mana mereka mesti meletakkan diri" di hadapan orang
lain. Biasanya mereka hanya ingin menjadi "sukses sekejap"
atau "ogah-ogahan dalam menjalankan hidup." Tidak jarang mereka
pun "melecehkan" para motivator dengan mengatakan, "percuma
baca/dengar omongan motivator karena mereka tidak memberikan jalan
ke luar, hanya iming-iming saja."
Jawaban saya mudah saja, "motivator memberikan motivasi, sedangkan
Anda perlu mencari jalan keluar bagi diri sendiri karena kasus
setiap orang tidaklah sama."
At last, respek terhadap diri sendiri dan orang lain adalah kunci
utama dalam menemukan "irama" dan "lokasi" diri sendiri. Juga, ingat
untuk selalu berpikir dulu sebelum bertindak maupun berbicara.
Ingat, kadang kala kita tidak kenal siapa lawan bicara kita.[]
Sumber: Improvisasi dan Lokasi oleh Jennie S. Bev. Jennie S. Bev
adalah entrepreneur, edukator, kontemplator, motivator dan pelaku
seni digital (digital arts) berbasis di California Utara. Ia telah
menerbitkan lebih dari 50 ebooks, sedang proses editing beberapa
buku print, dan sedang proses produksi film pendek bersetting di
Paris, Perancis.
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “mprovisasi dan Lokasi”
Posting Komentar