hidupnya. Dulu, dia selalu membawa makanan dari rumahnya. Kadang-
kadang nasi dengan telor dadar, atau nasi dengan sisa lauk kemarin
yang sudah dihangatkan. Susi paling suka tempe bacem, yang warnanya
sampai gelap dan rasanya semakin enak. Nasi dan tempe bacem memang
makanan favoritnya.
Sudah dua bulan ini dia naik gaji karena jabatannya lebih tinggi.
Tentu saja tugas dan tanggung jawabnya semakin tinggi. Sekarang dia
merasa malu kalau membawa makanan dari rumah. Kini setiap siang dia
makan di luar. Dulu, banyak teman yang sering titip uang supaya
dibawakan tempe bacem kesukaannya yang ternyata disukai juga oleh
mereka. Sekarang mereka sering mengeluh karena Susi tidak mau lagi
membawakan tempe bacem kesukaan mereka. "Ah, malas bawa makanan dari
rumah lagi," katanya setiap kali mereka menanyakan tempe bacemnya.
Susi menikmati gaya hidupnya yang berubah. Sekarang dia bisa makan
ayam goreng keremes lengkap dengan es campur hampir tiap hari. Kadang-
kadang nasi rames lengkap dengan sambal goreng ati, perkedel dan
daging rendang serta telor dadar pedas serta jus buah. Enak juga sih.
Rasanya mewah. Kini Susi tidak pernah lagi makan bersama teman-
temanya di ruang makan. Dia selalu memilih makan siang di luar. Kalau
sedang sangat sibuk, baru dia minta dibelikan makanan dan akan makan
di ruangannya sendiri.
Tanpa disangka tiga hari yang lalu terjadi sesuatu yang membuat Susi
terheran-heran. Pak Jono, presiden direktur, memanggil Susi untuk
meminta laporan mingguan yang belum diterima. Kebetulan waktu itu
sudah hampir jam makan siang. Susi datang ke ruangan beliau sambil
membawa laporan yang diminta. Susi juga menjelaskan bahwa dia sudah
menyerahkan laporan tersebut ke pak Jono. Pak Jono juga mengakui hal
itu, tapi laporan itu terselip entah di mana, jadi pak Jono minta
lagi.
Setelah berdiskusi sebentar, Pak Jono mengeluarkan kotak plastik
berisi makanan. Beliau bertanya:"Susi sudah makan." "Belum, pak,"
jawab Susi. "Ya sudah, Susi makan dulu saja. Saya juga sudah lapar
nih. Nanti kita lanjutkan lagi setelah makan siang." Susi kemudian
minta diri untuk keluar makan siang. Sambil mempersilahkan Susi
keluar, pak Jono membuka kotak makan siangnya. Tanpa sengaja, Susi
melihat isi kotak itu. Isinya nasi, orak-arik telor campur buncis dan
tempe bacem. Hanya itu.
Tanpa sadar Susi bertanya:"Pak, kok Bapak bawa makanan dari rumah
sih?" "Memangnya kenapa," tanya pak Jono. "Ya... malu kan Pak? Masa
presiden direktur bawa makanan dari rumah," begitu jawab Susi.
Pak Jono hanya tersenyum ramah dan menjawab:"Mengapa harus malu?
Makanan ini penuh gizi, harga lebih murah, yang masak isteri saya,
dan saya tidak perlu repot cari makanan lagi. Lagipula ini makanan
kesukaan saya. Mau coba." Sambil tersenyum malu, Susi mengucapkan
terima kasih.
Kejadian itu membuat Susi terheran. Kok Pak Jono tidak malu membawa
makanan dari rumah ya? Tapi, memang setelah dipikir, mengapa harus
malu? Kan banyak keuntungannya? Lebih murah, rasanya lebih sesuai
selera sendiri, tidak perlu berpanas-panas keluar kantor mencari
makanan, dan bisa memilih makanan kesukaan. Tiba-tiba, dia kangen
lagi dengan tempe bacem buatan ibunya. Tempe bacem kesukaannya. Tempe
bacem yang juga disukai teman-temannya.
Dua hari yang lalu, Susi membawa lagi makanan dari rumah. Dia membawa
banyak tempe bacem dan membagikannya pada teman-temannya di ruang
makan. Semua temannya sangat senang bisa makan tempe bacem lagi.
Rasanya sudah bertahun-tahun mereka tidak makan tempe bacem. Padahal
baru dua bulan. Susi terharu melihatnya.
Kini dia baru bisa mensyukuri keadaannya. Tidak perlu malu membawa
makanan dari rumah. Pak Jono saja setiap hari selalu membawa makanan
dari rumah. Padahal gaji dan kedudukan beliau kan lebih tinggi dari
Susi? Untuk apa memboroskan uang gaji untuk makan mewah setiap hari?
Sepertinya dia mengorbankan uangnya untuk membeli makanan yang lebih
mahal hanya untuk kenikmatan sesaat dan untuk menuruti perasaan
sombong akibat naik gaji dan naik jabatan.
Hari ini Susi membawa tempe bacem lagi karena kemarin banyak yang
titip minta dibawakan. Malah mereka ingin membayar tempe bacem yang
dibawanya. Susi tersenyum saja. Dia telah menemukan kenikmatan makan
siangnya kembali.
Tadi siang ketika rapat, Pak Jono bertanya pada Susi:"Makan di mana
tadi." Sambil tersenyum malu Susi menjawab:"Di ruang makan pak. Saya
bawa dari rumah kok." Pak Jono berhenti sebentar memandangnya lalu
tersenyum sambil mengangguk-anggukka n kepalanya.
Senyum Pak Jono mengandung banyak arti. Sepertinya beliau tahu
mengapa Susi berubah. Tapi Susi senang. Dia ingat: If you have more
money, do not change your life style! You will be rich!
Sumber: Tempe Bacem oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting &
Training Specialist
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Tempe Bacem”
Posting Komentar