Wenny sudah setahun bergabung dengan perusahaan asuransi jiwa sebagai branch manager. Lumayan sih prestasinya. Paling tidak, penghasilan cabang yang dipimpinnya selalu mencapai target. Secara pribadi, dia sendiri setiap bulan pasti mendapat nasabah juga.
Kadang-kadang satu atau dua nasabah per bulan tapi pernah juga lima nasabah dalam sebulan. Selain mencari nasabah, dia juga bertugas memotivasi para konsultannya, menemani mereka bertemu nasabah, mencari konsultan baru, dan memimpin operasional kantor cabang tersebut.
Sebelum bergabung dengan perusahaan asuransi ini, Wenny dulu bekerja sebagai manajer di perusahaan consumer goods. Sebetulnya posisi Wenny sudah bagus di perusahaan tersebut. Prestasi kerjanya sangat bagus. Wenny juga suka sekali bekerja di sana.
Hubungan dengan atasan dan sesama rekan kerja sangat baik. Kompak sekali. Tapi Wenny adalah orang yang suka tantangan. Ketika salah seorang teman mengajaknya bergabung dengan perusahaan asuransi sebagai branch manager, dia merasa sangat tertantang dan memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.
Ketika Wenny mengajukan surat pengunduran dirinya, pimpinannya sampai menyempatkan diri bertemu Wenny dan menyarankan agar Wenny memikirkan ulang keputusannya. Beliau mengusulkan agar Wenny menggunakan waktu sekitar dua minggu lagi untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
Bahkan beliau mengatakan seandainya Wenny berubah pikiran, dan tidak jadi keluar, maka surat pengunduran dirinya itu akan diabaikan oleh beliau. Beliau sangat mengharapkan agar Wenny tetap bekerja di sana. Tapi waktu itu, Wenny sangat mantap dan yakin dengan keputusannya. Apalagi suaminya juga mendukung keputusannya.
Setelah satu tahun bergabung di perusahaan yang baru ini, Wenny tetap bersemangat tinggi. Mengingat hubungan baik dengan atasannya, maka Wenny memutuskan untuk menawarkan produknya kepada pimpinan perusahaan tempatnya bekerja dulu. Sulitnya, beliau selalu tiba di kantor pagi-pagi sekali sebelum pukul setengah tujuh. Begitu beliau masuk ke dalam, jangan harap bisa diganggu.
Pagi-pagi, beliau langsung memeriksa semua surat-surat yang masuk kemarin hingga pukul delapan, baru langsung bekerja. Beliau baru pulang sekitar pukul delapan malam. Beliau sangat sibuk. Sulit sekali ditemui.
Wenny tidak mau menyerah terhadap setiap tantangan. Semakin sulit tantangan, dia semakin bersemangat. Wenny segera memutuskan untuk menemui beliau sebelum beliau masuk kantor. Itu adalah satu-satunya kesempatan untuk bisa bertemu langsung dengan beliau. Sebelum pukul setengah tujuh, Wenny sudah tiba di lobi gedung perkantoran tersebut. Karena memang sudah kenal baik ketika dulu menjadi karyawan di perusahaan tersebut, maka pimpinan tersebut menerima kunjungan Wenny dengan ramah. Beliau sempat menanyakan perkembangan Wenny setelah bergabung di perusahaan yang baru.
Kemudian Wenny menawarkan produknya. Dia berjanji untuk datang lagi keesokan harinya dan mengirimkan proposal. Setelah itu berjalanlah proses penjualan. Setiap Selasa pagi Wenny datang ke kantor tempatnya bekerja dulu untuk menemui mantan atasannya. Kemajuan yang diperoleh sangat sedikit. Berbulan-bulan tidak ada kemajuan. Beliau sangat sibuk sehingga setiap kali bertemu, baru beliau ingat tentang penawaran Wenny.
Tapi Wenny tidak putus asa. Setiap Selasa pagi dia selalu siap menunggu di lobi gedung perkantoran itu untuk menemui mantan atasannya. Pernah suatu kali, entah karena sedang banyak masalah, beliau datang ke kantor dengan ekspresi tergesa-gesa.
Melihat Wenny, beliau tidak tersenyum, tapi beliau mengatakan kata-kata yang sangat mengejutkan: "Aduh Wenny. Terus terang, lama-lama saya eneg [mual] melihat you." Dalam hatinya, Wenny sangat terkejut. Dia tidak menyangka kata-kata semacam itu akan diucapkan kepadanya.
Tapi Wenny cepat menanggapi dengan sikap positif dan penuh percaya diri. Dia menjawab dengan nada suara tetap ramah dan percaya diri. Sambil tetap tersenyum, tanpa beban, tanpa rasa tersinggung, dan dengan hati yang tulus, Wenny menjawab:"Aduh, maaf Pak. Saya hanya ingin mengirimkan proposal yang baru ini."
Kemudian sambil tetap tersenyum dia minta diri. Minggu depannya, Selasa, Wenny tetap datang berkunjung lagi. Begitu seterusnya, dia tidak pernah absen.
Setahun sudah berlalu, dan usaha Wenny tampaknya sia-sia. Belum ada hasil. Hari ini tepat satu tahun sejak Wenny menghubungi beliau. Wenny sudah hampir putus asa. Dia sempat berpikir kalau hari ini beliau tidak mau lagi, maka Wenny akan menyerah. Pagi ini Wenny datang lagi dengan semangat baru. Seperti biasa dia menunggu beliau di lobi.
Ketika beliau datang, Wenny segera memberikan salam. Beliau berkata: "Wenny, kemarin saya sudah check up ke rumah sakit." Memang beliau harus mengikuti cek kesehatan dulu karena beliau menderita tekanan darah tinggi ringan. Wenny terkejut:"Check up?" "Ya", jawab beliau. "Kemarin?" tanya Wenny terheran-heran. Ternyata pada hari Minggu beliau sudah cek medis sendiri ke rumah sakit.
Rasanya tidak percaya. Ternyata usaha Wenny selama setahun tidak sia-sia. Dia mendapatkan nasabah, dan Wenny juga merasa puas telah memberikan jasa pelayanan yang baik dalam membantu beliau. Never give up! You never know when success will come!
Sumber: Potensi Diri - Pantang Menyerah oleh Lisa Nuryanti, Pemerhati Etika dan Kepribadian
Jika menurut sobat artikel ini bermanfaat, silahkan vote ke Lintas Berita agar artikel ini bisa di baca oleh orang lain.
Comments :
0 komentar to “Pantang Menyerah”
Posting Komentar